Selasa, 31 Januari 2012

MENGETAHUI PASANGAN BERBOHONG

Tetapi terhadap pasangan hidup haruslah jujur. Bila sekali saja Anda berbohong, maka akan menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. Sekali berbohong maka Anda akan mencari alasan lain lagi untuk menutupi kebohongan yang pertama, yang dapat menimbulkan stress. Anda tidak akan hidup rileks. Menurut psikolog Los Angeles, Robert R.Butterworth, berbohong dapat diterima, tetapi tidak dengan orang yang dicintai. Jika Anda tidak dapat menemukan kebenaran dari pasangan hidup, pada siapa lagi Anda dapat memperolehnya ? Kejujuran kadang-kadang memang menyakitkan dan membuat stress tetapi untuk jangka panjang, Anda tidak akan mendapatkan keintiman tanpa adanya kejujuran dalam suatu hubungan.
Mark Meadows, profesor sosiolog di Institut San Diego, mengatakan bahwa seseorang dapat mengetahui apakah pasangannya sedang berbohong atau tidak dengan mengamati hal-hal berikut :
-Bahasa tubuh
Dengan mengamati bahasa tubuh pasangan sewaktu ia berbicara, Anda akan mengetahui apakah ia jujur atau tidak antara lain, gugup ketika berbicara,
berkeringat, tidak tenang saat berbicara.
-Kontak mata sewaktu berbicara
Tataplah matanya sewaktu berbicara sehingga Anda akan tahu ia jujur atau berbohong. Orang yang sedang berbohong pasti tidak tahan bila ditatap matanya.
-Tidak komitmen pada apa yang dikatakannya.
Jika pasangan Anda berjanji untuk menemani Anda pergi tetapi ia selalu saja membatalkannya maka Anda perlu curiga terhadap alasannya.
Jika Anda menemui adanya kebohongan dalam hubungan, janganlah panik. Memang kejujuran akan sukar sekali dibangun kembali bila Anda pernah tidak jujur. Menurut Meadows tahapan pertama menuju pengampunan adalah memahami mengapa pasangan berbohong pada Anda. Mungkin dengan berbohong itu ia dapat melindungi bahkan membahagiakan orang lain. Mungkin saja suatu saat suami Anda berbohong mengenai apa yang dikatakan ibunya mengenai Anda. Tetapi janganlah berbohong karena Anda sedang menutupi suatu affair atau hubungan dengan orang lain.
Bila Anda merasa tidak dapat lagi mempercayai pasangan, Anda harus mengutarakan hal ini padanya. Cobalah untuk jujur dalam situasi apapun terutama terhadap pasangan tercinta.(a

Dalam Penelitian Internasional telah mengungkapkan hasil yang mengejutkan, Tinggi badan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seberapa besar rasa cemburu dalam menjalin hubungan cinta. Kesimpulan yang didapat ternyata, orang yang bertubuh pendek adalah kekasih yang pencemburu. Studi ini digelar oleh peneliti dari Universitas Groningen, Belanda dan Universitas Velencia, Spanyol, dan melibatkan 549 pria dan wanita.
Para Responden diminta untuk menilai seberapa tinggi raa cemburu mereka. Misalnya, saat pasangan mereka berinteraksi dengan lawan jenis, hingga batas mereka cemburu. Hasilnya, pada kebanyakan pria merasa takut dan tidak nyaman jika berhadapan dengan rival yang lebih tampan, lebih menarik, dan lebih kaya. Tapi, pada pria yang bertubuh tinggi, rasa takut ini tergoong rendah dibandingkan pria bertubuh pendek.
Karena faktanya, pria tinggi umumnya lebih populer dimata wanita, sehingga merekalebih mudahmendapatkan pasangan. Sedangkan pada wanita, hasilnya kurang lebih sama. Mereka akan lebih cemburu jika rival mereka lebih cantik dan tinggi. Dan, pada wanita yang tingginya rata-rata 155-160 cm, rasa percaya dirinya lebih tinggi dibandingkan wanita yang tingginya kurang dari rata-rata tersebut.
Dari pengakuan mereka, pria cenderung lebih mudahtertarik pada wanitayang berpostur tinggi. Akibatnya, jika pasangan mereka berinteraksi dengan wanita berpostur lebih tinggi dari mereka, wanita akan mudah terbakar oleh cemburu.

Siapa saja bisa berlaku tak setia, alias doyan selingkuh. Namun, konon, menurut studi terbaru, sifat tidak setia pada wanita tak lepas dari peran gen yang terdapat di dalam tubuhnya. Nah, bukan saja faktor genetis, sikap doyan selingkuh dan banyaknya jumlah pasangan seksual yang dimiliki seorang wanita juga dipengaruhi oleh pola asuh dan lingkungan, tegas para peneliti dari Inggris.
Studi ini merespon 1.600 pasang saudara kembar identik dan non identik dalam sebuah survei rahasia untuk melihat dampak dari gen atas tingkah laku mereka.
“Kami temukan bahwa sekitar 40% yang mempengaruhi banyaknya jumlah pasangan seksual dan sifat tidak setia setiap pada wanita terjadi karena faktor genetis,” ujar Professor Tim Spector, direktur dari Twin Research Unit, di RS St Thomas di London. Data hasil riset ini dipublikasikan pada jurnal Twin Research.
Namun, lingkungan dan juga pola didik turut memainkan peran dalam menjelaskan variasi sifat tidak setia di antara kaum wanita yang terlibat dalam survei tersebut.
Para ilmuwan itu menanyakan kepada setiap pasangan kembar mengenai perilaku seksual mereka, jumlah total pasangan dan sikap mereka mengenai ketidaksetiaan. Sebanyak 22% mengaku mereka berlaku tak setia.
Namun, faktor genetis tidak tampak mempengaruhi sikap para wanita ini terhadap ketidaksetiaan itu sendiri. Sejumlah wanita yang terlibat dalam studi ini, meski mengaku tidak setia, mengatakan tindakan itu salah.
Rata-rata usia wanita ini 50 tahun, sekitar seperempatnya bercerai. Para wanita yang setia memiliki sekitar empat pasangan seksual, dibanding delapan pada kelompok yang tak setia.
Jadi kalau ada wanita yang cenderung tidak setia, memang sudah ada ‘cetak biru’ dari sononya dong…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar